Monday 30 May 2011

RACING KIT BOLT ON TUGASNYA PABRIKAN


 Hemat energi menjelang balapan
Jeremy Burges salah satu tunner dan mekanik disegani di era  GP500 dan MotoGP. Tugas utama  Burges seting pacuan sesuai permintaan pembalap. Semua komponennya dibuat sama enginering dan suplier komponen pabrikan. Tetapi, itu atas evaluasi Burges. 

Era ke depan di Indonesia akan begitu. Terutama bebek aduan. “Mekanik hanya seting sesuai cuaca, lay out sirkuit, dan pembalap. Pabrikan bertugas membuatkan komponen sesuai masukan dan evaluasi tim. Jadinya, racing kit bolt-on,” tegas Ari Wibisono, Motorsport Division Head PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI), Jakarta. 

Bolt-on alias komponen tinggal pasang. Tapi, komponen kompetisi. Bukan komponen asal gerinda, sehigga kemampuannya berbeda satu sama lain. Dan, yang bisa membuatnya tentu saja pabrikan atas galian mekanik.

Mekanik bisa kurangi beban kerja. Gak ada cerita dari pagi ketemu pagi  hanya untuk menggarap kepala silinder. Kalau salah, lantas kepala sendiri yang jadi silinder. Hehehe...

Sering lihat kan, tunner begadang di paddock atau bengkel. Pas balapan, me­reka loyo. Belum lagi biaya yang dikeluarkan,  karena sakit begadang.   

Komponen bolt-on, semua yang terlibat bisa hemat energi dan biaya. “Bolt-on bukan berarti menghambat kreativitas tunner. Tapi ide dan riset tunner jadi masukan buat pabrikan. Pabrikan yang merancang metalurgi dan cetakannya,” seru Anggono Iriawan, Motorsport Division Head PT Astra Honda Motor (AHM).

Sebenarnya sudah jalan. Misal kruk-as, klep, per klep, silinder, rangka, sokbreker, sampai cakram depan disiapkan pabrikan. Hanya, mekanik gak puas. Ta­ngannya tetap gatal. Biasalah, namanya juga mekanik. Kalau gak belepotan oli, itu belum mekanik balap!

Sementara ini, pabrikan menyiapkan untuk jangka pendek. Sesuai kebutuhan. Tanpa diproduksi massal. “Tim, terutama tunner yang disponsori pabrikan diminta masukannya. Kebutuhan apa yang dimaui?” celetuk Yudi Febrianto, Manager Balap Motor PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Jakarta.

Posisi tunner dengan bolt-on tetap jadi satu kesatuan. Tunner yang profesional akan mencatat kebutuhannya. “Wajib hukumnya racing part bolt-on. Persiapan tim jadi lebih mudah dan cepat. Cetakan pabrik lebih sempurna,” pasti Freddyanto Basuki, Senior Manager Promotion dan Motorsport dari PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI), Jakarta.  

No comments:

Post a Comment